Konstitusi negara Indonesia, UUD 1945, secara eksplisit menyatakan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Kesejahteraan dapat diukur melalui pertanyaan pertanyaan yang sifatnya subjektif karena hidup seseorang subjektif dan apa yang dihargai sebagai individu adalah subjektif. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kesejahteraan salah satunya adalah tingkat kebahagiaan.
World Values Survey (WVS) merupakan salah satu survei yang mengukur tingkat kebahagiaan penduduk di berbagai negara. WVS mengevaluasi tentang nilai, keyakinan, serta norma-norma masyarakat dari waktu ke waktu. Anggota WVS terdiri dari ilmuwan sosial dan peneliti di 120 negara, termasuk Indonesia dan lima negara lain di ASEAN (Malaysia, Thailand, Viet Nam, Filipina, dan Myanmar).
WVS putaran ke-7 yang telah terlaksana pada tahun 2017-2022 salah satunya menanyakan kondisi responden dari skala 1 sampai 4 apakah mereka merasa tidak bahagia sama sekali, tidak begitu bahagia, cukup bahagia, atau sangat bahagia. Pertanyaan tersebut kemudian digunakan untuk menentukan skor kebahagiaan setiap negara. Hasilnya, Kirgizstan menjadi negara paling bahagia dengan rata-rata tertinggi, yaitu 3,63. Sedangkan Zimbabwe memiliki rata-rata terendah dengan skor 2,54.
Sementara itu, rata-rata kebahagiaan di negara ASEAN sebesar 3,27. Viet Nam merupakan negara di ASEAN yang memiliki rata-rata kebahagiaan tertinggi dengan skor 3,45. Kemudian disusul Filipina dengan rata-rata sebesar 3,42. Indonesia menempati posisi ketiga dengan rata-rata kebahagiaan sebesar 3,37. Negara di posisi keempat adalah Myanmar dengan rata-rata 3,17. Selanjutnya, Thailand berada di urutan kelima dengan rata-rata 3,15 dan Malaysia menepati posisi terakhir dengan rata-rata kebahagiaan terendah yaitu 3,03.
Secara global, dari 64 negara yang mengkuti survei WVS putaran ke-7, Viet Nam menempati posisi ke-6, Filipina menduduki peringkat ke-7, sedangkan Indonesia berada di peringkat 10. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia cukup bahagia dengan kondisi kehidupan yang mereka jalani. Namun demikian, kembali lagi pada statement bahwa kebahagiaan merupakan suatu hal yang subjektif, setiap orang dan setiap negara memiliki definisi kebahagiaan mereka masing-masing.